
Ditetapkannya 20 Juni sebagai Hari Pengungsi Sedunia oleh Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB tentu bukan tanpa alasan. Selain untuk meningkatkan kesadaran dunia mengenai nasib para pengungsi di seluruh dunia, hari pengungsi juga diharapkan bisa mengingatkan warga dunia mengenai upaya mengurangi beban pengungsi, yang dikarenakan keadaan terpaksa berpindah tempat dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
Perpindahan itu sendiri biasanya disebabkan oleh bencana atau musibah. Bencana itu dapat berbentuk banjir, tanah longsor, tsunami, kebakaran, dan lain sebagainya yang diakibatkan oleh alam. Dapat pula bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia secara langsung. Katakan saja perang, kekerasan massal, ketidakstabilan politik, penganiayaan, hingga pelanggaran HAM.
Dalam upayanya mencari suaka ini, para pengungsi biasanya ditempatkan di sebuah tempat atau kamp penampungan untuk memudahkan para relawan mengulurkan bantuan dan menolong mereka. Nah, berapa lama para pengungsi itu akan berada di kamp pengungsian? Tak seorang pun yang tahu, termasuk mereka sendiri. Bisa jadi berbulan-bulan, bisa juga bertahun-tahun.
Satu hal yang pasti, krisis pengungsi di seluruh dunia tidak pernah menunjukkan tanda-tanda membaik, bahkan hingga saat ini. PBB mencatat, saat ini “tingkat perpindahan manusia tertinggi yang pernah dicatat dalam sejarah.”
Mengacu pada data Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), saat ini tercatat ada 70,8 juta orang di seluruh dunia yang dipaksa keluar dari negaranya. Diantara mereka, 25,9 juta adalah pengungsi, dengan lebih dari setengahnya berusia di bawah 18 tahun.
Dari mana mereka berasal? Jika mengacu pada data di 2019, diketahui bahwa jumlah pengungsi terbesar berasal dari Suriah, dengan 5,6 juta pengungsi; diikuti Afghanistan dengan 2,7 juta pengungsi; Sudan Selatan dengan 2,3 juta pengungsi; Myanmar (1,1 juta); Somalia (900 ribu) dan Republik Rakyat Kongo (720 ribu). Sementara negara yang menjadi tujuan utama pengungsi, seperti dilansir usnews adalah Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Spanyol dan Kanada.
Amerika Serikat
AS menerima 1.127.200 migran permanen pada tahun 2017, mempertahankan diri sebagai negara teratas untuk imigrasi meskipun mencatat penurunan 5% dari 2016. Angka ini mengukur status penduduk permanen yang sah yang diberikan dan tidak termasuk migrasi ke AS dengan cara lain. Imigran baru ini membawa seluruh populasi kelahiran AS ke lebih dari 13% dari total populasi.
Jerman
Jerman menerima 860.100 imigran permanen pada 2017, menurut OECD, terjadi penurunan dramatis sekitar 18% dari 2016. Kebanyakan imigran di Jerman berasal dari Rumania, Suriah, Polandia dan Bulgaria. Pada 2016, sekitar 23% dari populasi memiliki latar belakang imigran, yang berarti mereka atau salah satu dari orang tua mereka lahir tanpa kewarganegaraan Jerman.
(Baca juga: Barisan Asteroid yang Pernah Menghantam Bumi)
Banyak migran yang saat ini bepergian ke dan melalui Eropa berharap untuk mencapai Jerman karena kekayaan dan kesempatan kerjanya.
Inggris
Inggris menerima 342.200 imigran permanen pada tahun 2017, turun 3% dari 2016. Kelompok imigran jangka panjang non-Inggris terbesar yang berdatangan ke Inggris pada tahun 2016 berasal dari Rumania, yang menyumbang sekitar 12% dari total. Imigran di Inggris banyak berasal dari India, Cina, dan Polandia.
Spanyol
Spanyol menerima 324.100 imigran permanen pada tahun 2017, meningkat 8% dari tahun sebelumnya. Pada 2015, negara ini mengalami tahun pertama migrasi bersih positif sejak awal krisis keuangan global.
Kanada
Kanada menerima 286.500 imigran permanen pada 2017, menurun 3% dari rekor negara itu sebesar 296.400 pada tahun sebelumnya. Jumlah imigran ekonomi pada 2017 meningkat sebesar 2% dari tahun sebelumnya, menjadi 159.000. Kategori ini mencakup pekerja terampil dan pengasuh. Imigrasi diperkirakan akan berlanjut di Kanada pada tingkat rekor di tahun-tahun mendatang, dengan asupan yang direncanakan untuk tahun 2020 ditetapkan sekitar 340.000.
0 responses on "Daftar Negara Tujuan Para Pengungsi, AS Teratas"